Senin, 18 Maret 2013

Cinta Terlarang (Narasi)


Cinta Terlarang
Namaku adalah Siti Zuraida biasanya aku sering dipanggil Siti. Setiap hari aku sering membantu ibuku. Salah satunya adalah pergi ke pasar berbelanja bahan – bahan untu memasak sehari –hari.
Pada suatu hari seperti biasanya aku pergi ke pasar dengan sepeda tuaku. Setelah berbelanja aku langsung pulang. Entah dari mana datangnya saat di tengah perjalanan pulang tiba-tiba saja sebuah sepeda motor menyerempet bagian kanan sepedaku tentu saja aku terjatuh dan semua belanjaanku berserakan dijalan. Si pengendara tidak bertanggung jawab dan langsung meninggalkanku. Aku yang merasa kesakitan tidak bisa berbuat banyak dan aku hanya bisa berteriak minta tolong. Dari kejauhan aku melihat seorang pria bertato berlari kearahku, dia menolongku berdiri dan membereskan belanjaanku yang berhamburan. Melihat lututku yang berdarah, pria itu menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang. Karena pada saat itu aku memang merasa tak berdaya, akupun menyetujuinya. Dia memboncengku dengan sepeda bututku itu. Dalam perjalanan pulang kami berkenalan dan ku ketahui dia bernama Syahrul. Dia anak baik, dia juga pandai bercengkrama. Sepanjang perjalanan dia selalu membuat aku tertawa hingga aku lupa dengan rasa sakit di lututku.
Sesampainya di rumah, Syahrul membantuku menuju pintu. Kebetulan pada saat itu ayah sedang duduk di ruang tamu. Ayah terkejut melihat keadaanku dan segera ayah meraihku dari Syahrul lalu membawaku ke kamar.
Syahrul masih di depan rumah menunggu ayah mempersilahkan pulang. Tidak lama, ayah keluar dan dipandanginya Syahrul. Melihat badan Syahrul yang penuh dengan tatto terpikir di benak ayah bahwa Syahrul bukan anak baik-baik. Ayah menyuruh Syahrul untuk pergi dan Syahrul pun pergi.
Dua hari sudah berlalu dan aku pun sembuh. seperti biasanya ibu memintaku untuk ke pasar. Sekitar 20 menit aku di pasar. Setelah ku rasa sudah cukup, aku pun bergegas pulang. Tanpa diduga aku bertemu dengan Syahrul. Dia menghampiriku dan membantu membawakan belanjaan menuju ke arah parkiran sepeda. Sebelum aku memohon diri untuk pulang, kami sempat janjian untuk bertemu lagi nanti sore di depan pasar ini.
Sore pun tiba. Sesampainya aku di depan pasar Syahrul nampaknya sudah menunggu. Tanpa basa-basi lagi Syahrul langsung menunggang sepedaku dan memboncengku pergi ke taman. Sesampainya di taman kami saling menceritakan tentang diri masing-masing. Dari situ aku mengetahui ternyata Syahrul adalah mantan pengguna obat-obatan terlarang. Dia sudah tidak mengkonsumsi obat itu sejak 2 tahun silam. Dia juga berasal dari keluarga broken home. Ayah ibunya bercerai setelah ayahnya terbukti berselingkuh dengan teman ibunya sendiri.  Setelah bercerai Syahrul ikut ibunya. Setelah 3 bulan berlalu ibunya memutuskan untuk menikah lagi . dia tidak menyukainya dan diapun kabur dari rumah. Mulai saat itu dia hidup gelandangan.
Kini, sudah kurang lebih 3 tahun hidupnya simpang siur dan selama itu pula dia tak pernah lagi menemui ibunya. Tanpa ia sadari air matanya jatuh. Mungkin itu adalah suatu simbol betapa dia sangat merindukan orang tuanya. Tidak terasa, hari mulai senja dan kami memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah terlihat ayah dan ibu sudah menunggu di ruang tamu. Wajah ayah terlihat sangat kesal. Aku gugup, aku takut. Ayah menyuruhku duduk. Ternyata ayah marah karena aku menemui Syahrul.  Ayah tak sengaja melihatku di taman bersama Syahrul. Aku pun mencoba menjelaskan kepada ayah, aku juga menceritakan apa yang di ceritakan Syahrul saat di taman tadi. Mendengar latar belakang Syahrul yang mungkin  bisa dibilang rumit, Ayah mengernyitkan dahi dan alhasil amarah Ayah menjadi-jadi. Ayah juga bersikeras melarangku untuk tidak pernah lagi menemui Syahrul. Aku hanya bisa menangis sambil berlari ke kamar.
Malam pun datang. Aku mencoba mengingat-ingat lagi tentang Syahrul. Entah kenapa aku merasa senang dan bahagia jika di dekatnya. Jantungku selalu berdetak lebih cepat dari biasanya dikala Syahrul menatapku. Apa mungkin aku jatuh cinta ? yaaa mungkin benar, saat ini aku sedang jatuh cinta kepada Syahrul. Tak terasa sudah jam 9 malam, saatnya aku tidur dan aku berharap malam ini aku dapat memimpikan Syahrul.
Ayam pun berkokok sebagai isyarat agar aku bergegas bangun. Aku menjalani hari seperti biasa. Namun mungkin sedikit berbeda karena setiap di pasar Syahrul selalu menemuiku dan membantuku berbelanja. Berhari-hari telah ku lewati sampai pada akhirnya Syahrul menyatakan cinta kepadaku. Aku menerimanya. Dan kami sepakat menjalani hubungan ini secara diam-diam, tanpa diketahui oleh Ayah.
Sejak saat itu aku merasa sangat bahagia. Hari-hariku selalu dihiasi dengan senyuman dan candaan Syahrul. Hingga satu bulan berlalu, saat ini Syahrul bekerja sebagai kuli angkut barang di pasar. Dengan penghasilan seadanya dia mampu mengumpulkan uang yang rencananya ingin dia tukar dengan cincin untuk ku pakai. Tapi aku menolak, aku menyarankan agar uang tersebut dijadikan modal untuk membuka kios kecil-kecilan di pasar. Awalnya Syahrul menolak, tapi setelah aku membujuk akhirnya Syahrul menyetujuinya.
Sekarang sudah 6 bulan lamanya Syahrul membuka kios. Penghasilannya cukup lumayan. Keuntungan yang ia dapatkan digunakan untuk membeli sebuah sepeda untuk dia pakai, dan seutas cincin yang dihadiahkannya untukku.
Setahun berlalu hubunganku mulai terdengar Ayah. Ayah mengetahuinya dari pedagang-pedagang pasar. Aku takut ayah akan marah besar. Dan benar saja sepulang ayah bekerja aku di panggil untuk menghadap ayah. Ayah sangat marah dan ayah berniat untuk mengasingkan aku ke sebuah daerah terpencil tempat nenekku tinggal. Aku menolaknya tapi ayah tetap memaksa. Aku menangis sejadi-jadinya agar ayah merasa kasihan kepadaku. Tapi ayah mempunyai pendirian yang kuat. Sekali ayah mengatakan tidak boleh, bagaimanpun caranya kata itu tidak akan bisa berubah.
Sejak kejadian itu aku tidak diperbolehkan lagi untuk keluar rumah, bahkan ke pasar pun aku tidak diizinkan. Seminggu sebelum keberangkatanku, aku diam-diam keluar rumah untuk menemui Syahrul. Setelah ku ceritakan dia terlihat sangat sedih. Dia ingin menemui ayah dan meminta restu kepada ayah. Tapi ku urungkan niatnya karena hanya akan meperumit masalah. Tapi dia bersikeras untuk menemui ayah. Dia ingin mempersuntingku. Tetap saja ku larang. Aku katakan kepadanya “Mungkin kali ini dalah pertemuan terakhir kita. Jaga diri kamu baik-baik. Dan ingat satu hal, kalau kita berjodoh kita takkan pernah dipisahkan takdir. Dengan siapapun kamu kelak, kalau jodohnya kamu adalah aku, maka aku akan jadi takdir kamu”. Dengan berlinang air mata aku pergi meninggalkan Syahrul.
Hari keberangkatanku tiba. Jam 8 pagi ibu sudah menyuruhku untukku mempersiapkan diri. Setelah ku rasa sudah cukup siap aku berdiri di depan rumah memandangi sekelilingku, meresapi udara pagi untuk terakhir kalinya di kota ini. Tak sengaja aku mendengar suara bisikan seperti memanggil namaku. Aku cari sumber suara itu dan ternyata itu adalah Syahrul. Aku menghampirinya. Dia mengatakan kalau dia tidak rela jika dia harus berpisah denganku. Dia mengajakku kabur dari rumah. Entah setan apa yang berbisik di telingaku aku pun menyetujuinya. Saat itu pula aku langsung pergi meninggalkan rumah bersama Syahrul. Dan ternyata ayah melihat perlakuanku, ayah pun mengejarku. Aku yang merasa ketakutan langsung mencoba berlari lebih cepat. Aku berlari dengan perasaan campur aduk. Mungkin apa yang dirasakan Syahrul juga sama. Kami tidak memperhatikan jalan lagi sampai pada akhirnya sebuah mobil menabrak kami berdua. Aku langsung tidak sadarkan diri.
Setelah beberapa jam kemudian aku sadar. Ku lihat sekelilingku aku berada di rumah sakit. di sampingku ada ayah dan ibu. Aku menyakan apa yang telah terjadi sebelumnya. Ayah menceritakan dengan detil sekali. Kemudian aku menanyakan dimana Syahrul sekarang, ayah mengusap kepalaku dan ayah mengatakan kalau syahrul sudah meninggal dunia di tempat kejadian. Aku menangis, aku tak percaya, aku tak rela, aku kecewa pada diriku sendiri. Tapi apalah dayaku. Itu sudah kehendak Tuhan. Aku hanya bisa tabah dan berdo’a agar dia diberi tempat yang nyaman di alam sana.
“Syahrul, kita memang sudah ditakdirkan bersama. Hanya saja Tuhan menundanya. Kita pasti akan bertemu lagi, kelak saat di surga.”


3 komentar:

  1. memang hanya sebuah cerita. Aku sich suka dengan cerita nya, jelas dan enak di baca. tapi akhirnya itu lho, kamu berharap kamu akan bertemu dengan kekasih mu di surga. sedangkan yang sudah saling menjalin menikah pun belum tentu bertemu di sana. padahal itu adalah hubungan sah dan halal, apalagi karena hubungan haram seperti berpacaran,. salam blogger

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas komentarnya :). Pada kalimat tersebut hanya menunjukkan suatu pengharapan layaknya seorang perempuan yang sedang berduka dan mencoba untuk menabahkan hatinya. Salam Blogger.

    BalasHapus